Berhasil cairkan JHT karena sendal jepit

Waktu kerja selama 6 hari kerja selama seminggu membuat saya memutuskan kontrak rumah dekat kantor. Namun lama-lama gak enak juga gak punya rumah sendiri. Setelah masa kontrak selesai, bingung mau cari kontrakan dimana lagi karena pemilik rumah gak mau perpanjang. Akhir-akhir ini promosi rumah subsidi ramai sekali. Ini saat yang tepat untuk memiliki rumah sendiri. Masalahnya, pasti saya butuh dana untuk DP. Setelah proses survey lokasi dan beberapa pertimbangan lain, saya akhirnya memilih unit indent yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kerja sekarang. Katanya sih DP hanya 10%. Namun ada iming-iming biaya proses kpr, biaya peningkatan mutu, dll. Total dana awal yang harus saya persiapkan sebesar 41 juta. Alamak! Entah ini trik developer atau apalah, saya tetap niat mau ngambil unit disitu dengan pertimbangan utama lokasi yang tidak terlalu jauh dari kantor. Tujuan utama adalah ngumpulin TDP 41 juta tersebut. Sumber penghasilan satu-satunya adalah gaji. Sisa gajilah yang saya harus tabung tiap bulan.  Agak berat sih. Segala upaya daya saya lakukan agar pengeluaran bisa minim. 

Kembali ke permasalah awal ngumpulin DP rumah. Saya coba cari alternatif lain. Pengen buka usaha, harus ada modal, keluar duit lagi. Jualan online saya pernah coba tapi gak fokus. Akhirnya saya coba cek saldo jamsostek, lumayan sekitar 6,3juta dari hasil akumulasi 2 tempat sebelumnya. Saya kembali googling cari tahu prosedur klaim dana JHT. Aturan baru bikin nyesek! Syaratnya macam-macam, telah resign dan tidak bekerja lagi atau memasuki usia pensiun. Bisa aja sih tarif JHT ditarik untuk keperluan DP rumah tapi maksimal hanya sekian persen yang bisa ditarik. Waduh. Saya butuh keseluruhan hak saya yang 6,3 juta itu. Saya harus coba mengajukan klaim.

Malam itu, saya buka website e-claim jamsostek. Saya isi form online lalu upload semua kelengkapan termasuk scan rekening dan surat resign terakhir. Done! Tinggal nunggu notif lewat email, apakah bisa klaim atau tidak. Kalau bisa, syukur... Kalau akhirnya gagal karena dicek oleh sistem atau karyawan jamsostek, bahwa saya masih bekerja tempat kerja baru, apa boleh buat. Yang jelas dicoba dululah.

Setelah seminggu, pas malam minggu pula, muncul email notif kalau proses e-claim berhasil. Silakan bawa dokumen yang disyaratkan ke kantor BPJS Ketenagakerjaan di kota saya. Saya pikir koq ngirim email di malam minggu. Mungkin yang kirim sistem ya? Atau ada karyawan BPJSK yang lembur di malam minggu? Entahlah. Saya siapkan semua dokumen yang disyaratkan yang akan saya bawa hari Senin.

Setelah izin dari kantor, saya datang ke BPJSK hampir jam 10 pagi. Yang antri sudah ratusan dan tidak diberikan lagi nomor antrian bagi yang baru datang. Waduh... Saya tanya ke satpamnya yang layani antrian nomor dan menanyakan bahwa saya sudah lakukan e-klaim, proses setelah e-klaim apa? Satpamnya bingung, dia malah beri form manual. Katanya isi itu saja lalu besok antri pagi-pagi sekali agar nomor antriannya awal. Saya liat yang lain mayoritas pakai form manual. Saya tetap ambil form itu walaupun kurang puas dengan penjelasan bapak satpam tadi. Saya lihat papan pengumuman dekat pintu masuk, tidak ada penjelasan prosedur e-claim, hanya ada prosedur manual klaim. Lalu saya masuk ke ruang layanan. Astaga... semua kursi antrian terisi bahkan ada yang berdiri. Sebelum masuk, suasana hening menunggu nomor antrian masing-masing. Saat masuk mungkin saya agak berisik kali buka pintu kacanya ya jadi semua orang teralihkan menatap saya. Jadi keki sendiri, lalu pura-pura cuek. Semua tatapan orang-orang kembali ke depan seperti sedia kala. Zombie! Tujuan saya cari bagian cs-nya untuk tanya-tanya. Yang saya temukan hanya beberapa meja layanan klaim yang sibuk melayani sedangkan meja yang tertulis customer service, kosong. Saya foto kondisi itu lalu upload ke twitter resmi BPJSK.
Di luar kantor BPJSK ada mobil pintar yang tugasnya mengecek saldo nasabah. Disini antriannya gak terlalu banyak. Saat mengecek, mba2 nya layanannya galak, katanya nomor KTP saya berbeda. Ya iyalah. Dulu saya daftar jamsostek pakai KTP lama di tempat kerja pertama lalu tempat kerja kedua menggunakan e-KTP yang nomornya berbeda. Saya hanya bawa e-KTP tapi mba2 nya minta KTP lama untuk verifikasi. Saya tetap ngotot, karena namanya sama, alamatnya sama, fotonya sama kan. Sekarang pakai e-ktp, ktp lama gak berlaku lagi untuk urus ini itu. Saya minta solusinya gimana? Dia malah diam. Saya pikir dia hanya jalankan tugasnya dia untuk verifikasi ya sudah. Nanti saya cari mudah-mudahan KTP lama masih ada. Lalu pulang kembali menyelesaikan kerjaan kantor.

Besoknya saya sudah izin kantor. Walaupun datang pagi-pagi tetap saja dapat antrian 61. Saya pakai baju kaos, jeans, dan sendal jepit. Tapi kebanyakan nasabah yang datang pakaian rapi, kemeja berkerah, yang ibu2 malah lebih rapi seperti mau kondangan. Ini mau ngambil duit jht atau melamar kerja sih?

Sebelum jam layanan dibuka, ada briefing dari bapak2 BPJS mengenai prosedur yang harus dilakukan untuk klaim. Saat mengatur antrian peserta klaim, bapak itu sempat melihat saya dari atas lalu tertuju ke sendal jepit saya. Saya balik natap ke bapak itu seakan-akan bilang ada yang salah?
Ini pertama kalinya saya klaim JHT. Saya pikir layanan BPJSTK proses nya sama kayak bank lah. Duit kita kan titip sekian persen tiap bulan ke BPJST. Jadi wajarlah ada tata krama melayani nasabah. Di bank saja banyak yang pakai sendal jepit bahkan nasabah bawa anak sampai ribut2 gak pernah di komplain tuh. Apalagi bapak ini seakan mau menegur saya karena gak rapi. Saya sudah siap dengan argumen namun untungnya bapak itu tidak menggubris penampilan saya.

Bosan juga nunggu antrian. Oh ya, sambil nunggu antrian kan bisa cek saldo lewat mobil pintar. Saya antri ke mobil pintar itu. Ternyata yang layani bukan mba2 kemarin tapi sekarang cowok. Saya lampirkan kartu jamsostek beserta 2 KTP, ktp lama dan e-ktp biar gak bawel kayak kemarin. Saat data saya diverifikasi agak lama sih. Tapi akhirnya selesai dengan kesimpulan saya bisa proses klaim dan saldo saya sekian jumlahnya (sesuai dengan jumlah di website e-claim). Apa? Jadi kartu jamsostek saya gak terdeteksi kalau saya masih bekerja? Oh iya sekarang kan gak pakai jamsostek lagi. Sekarang pakai BPJS Ketenagakerjaan. Mungkin kantor baru saya gak gunakan kartu jamsostek saya tetapi bagian HRD daftarkan ke member baru BPJS Ketenagakerjaan. Kata HRD kantor sih begitu, tapi sampai saat ini saya belum terima kartu BPSK Ketenagakerjaan. Segalam macam asumsi terusik dipikiran yang membuat saya percaya diri untuk klaim ke layanan.
Tibalah antrian saya dipanggil. Saya serahkan berkasnya ke mba layanan, dia bilang, kalau klaimnya di website (e-claim) pakai antrian layanan B yang lebih cepat. Bukan layanan A yang antriannya ratusan karena menggunakan klaim manual. Saya protes. Yang pertama, satpamnya gak tau, saya sudah jelaskan kalau saya daftarnya e-klaim tapi tetap di arahkan form manual. Yang kedua gak ada penjelasan prosedur e-klaim di papan pengumuman. Yang ketiga, CS gak ada ditempat kemarin dan hari ini untuk bantu nasabah yang kebingungan kayak saya. Setelah menerima penjelasan mba nya yang baik akhirnya dia mengarahkan ke antrian B yang sepi antrian. Namun sebelum pindah antrian, dia memeriksa kelengkapan berkas saya. Katanya KK harus asli. Saya bilang, ane masih ngikut KK orang tua. KK orang tua yang aslinya hilang tinggal fotokopian. Ok beres gak masalah. Selanjutnya surat resign harus asli. Waduh! Saya gak tau apa aslinya masih ada atau engga. Saya bilang, sudah hilang juga. Yang ini gak mau diterima mba nya. Pokoknya harus asli. Saya minta solusi lain. Katanya bisa kirim softcopy surat resign itu tapi emailnya langsung dari kantor tempat lama ane, dikirim ke email layanan bpjs yang ditulis di kertas dan diserahin ke saya.

*Tarik nafas panjang.....

Saya telpon Ayu, admin kantor lama saya (masih akrab dong) untungnya Ayu sekarang juga urus HRD. Katanya surat keterangan berhenti kerja saya tidak ditemukan rimbanya karena waktu itu dihandle sama admin lama yang sekarang sudah resign. Waduh!

Saya bilang ke Ayu, tolong dibuatin dong surat keterangan kerja yang memuat keterangan saya kerja mulai kapan, dan berhentinya kapan. Ternyata bersedia, lalu gak lama dia kirim surat itu ke email BPJSK layanan. Sudah hampir sore, saya motong antrian, samperin mba layanan tadi kalau surat keterangan resignnya sudah dikirim. Dia biang sabar ya, giliran mas setelah bapak ini. Ok. Dengan sabar menunggu saya dipersilahkan kembali. Kali ini di antrian B (semacam layanan prioritas yang claim lewat e-claim). Mba nya mulai verifikasi data di komputer. Kalau askhirnya di sistemnya saya ketahuan masih bekerja ya pasrah aja gak bisa cair JHTnya.
Oh iya tadi sempat liat ada bapak2 yang ditolak klaimnya karena ketahuan masih bekerja. Jadi saldo JHT yang lama akan dirapel ke saldo BPJS Ketenagakerjaan. Ada kemungkinan saya juga bisa seperti itu.
Dengan kalem dan senyum saya jawab pertanyaan mba nya. Di tanya macam-macam. Yang aneh dia gak bertanya apa saya masih bekerja atau menganggur? Gak berapa lama berkas saya di stempel. Katanya karena rekening saya bukan mandiri, proses transfernya bisa sampai 5 hari. Wah berhasil ternyata....

Setelah 3 hari setelah proses klaim, JHT sudah masuk ke rekening. 100% dari dana jamsostek tersebut. Akhirnya ada tambahan dana buat nambah DP rumah. Senangnya...
~~~

Ada beberapa kemungkinan kenapa proses klaim saya berhasil.

P    1. Proses migrasi dari jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan, datanya nasabah gak ke link. Jadi saya gak ketahuan masih bekerja Ya iyalah, butuh IT tingkat dewa untuk migrasi data jutaan karyawan Indonesia.

      2. Pakaian saya sangat sederhana dan pakai sendal jepit ketika datang klaim. Jadi mba layanannya pikir saya mungkin baru resign, kena phk, gak kerja, dan butuh dana jadi cairin jht. Mungkin karena penampilan ngenes itu juga, mba gak tanya saya masih kerja atau nggak. Padahal nasabah sebelum saya ditanya lho.
3    3.  Mba nya layani saya waktu sore dan terlihat beberapa kali menguap. Dia sudah lelah menghadapi ratusan klaim nasabah sebelum saya. Atau mungkin dia pengen cepet2 pulang. Entahlah.....