Ditilang !



24 Mei 2016 sekitar pukul 12:00

Saya baru saja pulang menjenguk teman yang sakit di RS Wahidin Makassar. Dalam perjalanan pulang kembali ke kantor, saya harus melewati lampu merah di tugu adipura, Makassar. Lampu masih hijau. Saya ngekor di belakang kendaraan lain. Namun pas melewati traffic light tersebut, lampur berubah jadi kuning. Namun saya santai saja. Celakanya, muncul 2 polisi licik yang tadi bersebunyi di balik tembok pos polisi. Sungguh licik. Kenapa licik? Karena dia sembunyi, seakan bermain petak umpet dia melangkah dengan perutnya yang buncit menghalangi saya dan 1 pengendara lain.

Jujur saja, selama ini saya kurang respek sama polisi-polisi yang bertebaran di jalan. Beberapa kali saya kena tilang, mereka bersikap kayak raja. Menyebalkan!

Kembali ke situasi di atas. Satu orang polisi membawa pengendara lain yang ditilang ke belakang di bawah pohon yang tersembunyi dari keramaian. Sedangkan saya dibawa masuk ke pos kecil dekat jalan. Polisi itu lalu membentak, kamu melanggar lampu merah... bla....bla..bla... Saya berusaha menjelaskan kalau tadi lampu masih hijau dan berubah kuning. Namun melihat perangai polisi tersebut yang galak saya mencoba mengikuti situasi. Cari aman.
Dia minta SIM dan STNK. Saya buka dompet, gawat!!! Dua-duanya ketinggalan di rumah. Traveling kemarin saya mengeluarkan semua identitas yang gak berguna di bawa ke luar Indonesia, termasuk SIM C dan STNK. Saya cuma menunjukkan SIM A.
Posisi saya disini sudah pasti salah. Saya mencoba kooperatif. Seperti hakim yang menjatuhi hukuman, dia menjelaskan kesalahan yang saya perbuat di jalan: melanggar lampu merah dan tidak bawa SIM & STNK. Saya iya iya saja. Dalam pikiran berucap. Tenang dan kooperatif sama orang yang katanya "aparat penegak hukum" ini. Berhasil. Poker face berhasil.
Polisi itu lalu mengeluarkan surat tilang lalu ceklist pelanggaran yang saya perbuat. Kalau gak salah total denda yang harus saya bayar hampir 500rb. Sekilas saya memperhatikan surat tilang itu. Saya yang bekerja di bagian analis perusahaan pembiayaan sudah makan asam garam pembuatan dokumen tidakn sah dan saya yakin surat tilang itu tidak sah dan dibuat dipercetakan. Memang ada hologramnya tapi banyak koq percetakan yang bisa buat begituan. Polisi itu lama menatap saya, lalu saya balik menatapnya, siap pak, saya bersedia bayar denda di pengadilan.
Muncul perubahan rona wajahnya seakan tidak menyukai respon saya. Lalu dia menunjukkan salah satu titik di surat tilang bertuliskan nominal 100ribu rupiah. Dia bilang kamu bisa pergi jika membayar sejumlah ini. Dalam hati saya mengutuk polisi ini!!! Kisah klise yang terus berulang. The system is corrupt! Namun saya yang seharusnya cari aman di situasi ini.
Saya pasrah aja. Saya buka dompet. Ternyata duit hanya ada 4 lembar lima ribuan dan selembar sepuluh ribuan, total cuma 30rebu. Saya memperlihatkan isi dompet saya yang kempes itu lalu bilang gak punya 100ribu pak, cuma sisa segini. Ini tinggal uang makan siang di tanggal tua *sambil memelas pastinya* Bakat acting dipertaruhkan disini.
Lalu polisi itu melihat saya sambil bilang ckckckc... Mungkin dia kasihan melihat isi dompet saya.

Lalu dengan spontan saya teriak di depan mukanya. Saya yang seharusnya bil;ang ckckckck... Kamu itu polisi sudah digaji negara malah meras rakyat dengan cara seperti ini. Ingat duit yang elo dapat ini elo kasi ke anak-anakmu. Kalau saya beri namun gak ikhlas. Anak-anakmu makan duit gak berkah.

Situasi hening...
Lalu seakan ada yang menampar depan muka, saya tersadar kalau kejadian barusan hanya ada dalam angan-angan saya. Heheheh
Lanjut....

Lalu polisi itu menatap ke luar ke jalan. Melihat banyak pengendara lain yang mungkin melanggar dan bawa banyak duit dari saya. Dia pasti gak ingin buang-buang waktu dengan saya. Lalu polisi itu bilang "sinimi semua itu". Astaga duit makan siang sisa 30rebu dalam bentuk recehan diembat juga. Saya lalu menyerahkan lalu menatap mukanya. Dia santai aja. Pasti polisi ini sudah sering dan gak ada rasa bersalah sama sekali merampas sisa duit di dompet orang. Lalu dia memberikan KTP dan SIM A yang sempat tadi dia tahan.

Saya melenggang keluar dari pos itu. Lalu menoleh ke belakang menatap polisi itu. Namun dia gak menatap balik ke saya. Astagfirullah. Dalam hati saya mengutuk "semoga kerjanya berkah ya pak mengambil duit dari orang-orang yang tidak ikhlas memberikan".

Saya sempat ingin memotret polisi itu namun urung karena bisa muncul masalah baru jika ketahuan lalu dia kejar saya?

Hmmm.... Another bad day.
Untung cuma 30rebu.

Saya lalu memasukkan dompet ke dalam tas. Dari dalam tas terlihat duit refund visa yang baru saja saya cairkan di western union. Alhamdulillah... Untung saya nyimpan duit dalam tas. Kalau gak, mungkin tadi bisa keliatan kalau saya mnyimpannya di dompet.

Saya lalu cabut dari tempat itu. Menarik gas motor penuh lalu menggumam "kapan polisi indonesia bebas dari korup?"



1 comments:

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

Meet The Author